Header Ads

Jelang 10 Muharam Warga Kudus Berbagi Bubur Asyura

IST - Bubur Asyura.


KABARESOLO.COM, KUDUS - Menjelang 10 Muharam, di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, masyarakat memiliki kebiasaan istimewa dengan berbagi ribuan bubur asyura yang hanya disiapkan sekali dalam setahun. 

Masyarakat Kudus sangat antusias dengan makanan ini karena terdiri dari kombinasi delapan bahan berbeda serta sembilan tambahan lauk pauk.

Setiap tahunnya, masyarakat di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, secara rutin mengadakan tradisi pembagian bubur asyura. 

Kegiatan ini dilakukan setiap tanggal 9 Muharam dalam kalender Hijriah. Kegiatan ini juga berfungsi sebagai rangkaian upacara pembukaan Makam Sunan Kudus.

Untuk membuat bubur asyura, ibu-ibu desa menggunakan delapan bahan baku, termasuk beras, pisang, ketela, jagung, kacang tolo, dan berbagai jenis biji-bijian lainnya. Bahan-bahan ini direbus dan diaduk, lalu dimasak selama sekitar 3 jam di atas wajan besar.

Bubur yang telah masak bahkan tidak terlewat untuk diberi tambahan sembilan macam lauk-pauk, seperti telur, udang, ikan teri, potongan buah jeruk pamelo, dan beragam bahan lain. 

Setelah itu, bubur asyura akan disiapkan di atas daun pisang, kemudian dibagikan kepada penduduk sekitar oleh sekelompok remaja perempuan yang masuk ke gang kecil di Desa Kauman tersebut.

Denny Nur Hakim, pengurus Yayasan Makam dan Masjid Menara Kudus, menjelaskan bahwa tradisi membuat berbagai jenis bubur asyura adalah warisan dari zaman dahulu, yang diturunkan oleh Sunan Kudus atau Syech Ja`far Shadiq. 

Masyarakat mengungkapkan rasa terima kasih mereka terhadap melimpahnya berkah melalui kegiatan berbagi bubur asyura.

Pembuatan bubur asyura dipengaruhi oleh cerita Nabi Nuh yang berhasil bertahan dari banjir dahsyat pada tanggal 10 Muharam. Ketika itu, Nabi Nuh memerintahkan pengikutnya untuk mengumpulkan biji-bijian dan memasaknya sehingga sekarang dikenal sebagai bubur asyura.

Menurut Denny pada tanggal 15 Juli 2024, hingga saat ini, masyarakat di Jawa, terutama di Kudus, masih melaksanakan ritual syukuran atau tasyakuran dalam menghormati tradisi yang dilakukan oleh Nabi Nuh saat bulan Muharam.

Tahun ini, panitia telah menyiapkan lebih dari 1.300 porsi bubur asyura untuk dibagikan kepada masyarakat sekitar dan digunakan dalam pengajian yang akan diadakan malam ini di Masjid Menara Kudus atau Masjid Al-Aqsa.

Rasa yang enak dan khas dari bubur dengan berbagai macam lauk pauk menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh penduduk sekitar. sebagai bubur tradisional yang umumnya disajikan di bulan Muharram.

"Sensasinya begitu lezat dan memikat, tidak sering tersedia sehingga ditunggu-tunggu." Jika seseorang sedang berpuasa, makanan akan dikonsumsi pada waktu sore nanti, tetapi jika tidak berpuasa maka akan langsung dimakan. 

Menurut Ristianah, makanan ini umumnya dinikmati bersama keluarga dengan ramai.
Membuat bubur asyura saat ini telah menjadi kebiasaan dalam rangkaian buka luwur di Makam Sunan Kudus. Tak hanya itu, bubur asyura juga menjadi bentuk ungkapan terima kasih akan keterikatan dan perhatian kepada masyarakat sekitar.

Makanan itu akan dinikmati bersama keluarga dan orang-orang yang meyakini keberkahan dari bubur yang hanya bisa dinikmati sekali setiap tahun.(*)

Tidak ada komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Diberdayakan oleh Blogger.