Teknik Ekstrem 'Jemur Siram' Aglaonema Picu Belasan Anakan tapi Jangan Lakukan pada Jenis Ini
DOK. KABARESOLO - Teknik jemur-siram bikin aglaonema sehat dan memacu metabolisme hingga munculkan banyak anakan. |
KABARESOLO.COM - Aglaonema dikenal sebagai tanaman yang tidak tahan cahaya Matahari secara langsung.
Namun sebuah teknik unik sudah dilakukan sejak 10 tahunan lalu dinilai efektif untuk merangsang pertumbuhan anakan pada aglaonema.
Caranya ekstrem yakni dengan teknik jemur dan siram aglaonema, meski demikian bukan menjemur atau menyiram asal-asalan, ada cara dan beberapa jenis yang boleh digunakan cara ini, Senin 9 November 2020.
KabareSolo.com pernah menulis terkait hal ini.
BACA:Â Inilah Dua Cara 'Ekstrem' Memacu Produksi Anakan pada Aglaonema
Berdasarkan Trubus Info Kit Vol.06, terbitan April 2009 berjudul Aglaonema Teknik Baru, Peluang Baru mengupas pengalaman hobiis tentang teknik ekstrem jemur dan siram aglaonema yang membuahkan belasan anakan.
Intinya teknik jemur ini dilakukan untuk mempercepat proses pertumbuhan, pada buku Trubus Info Kit Vol.06 tersebut di halaman 171 sebuah judul menarik yakni tentang Kekuatan Cahaya Munculkan 15 Anakan.
Aglaonema yang terkena cahaya Matahari intensitas fotosintesis akan makin tinggi, akar akan terus menyerap air dan nutrisi, dialirkan ke seluruh bagian tanaman lalu melewati batang hingga terjadi penguapan di daun.
Pada daun terjadi proses fotosintesis, dan metabolisme dalam 'tubuh' aglaonema meningkat.
Hal inilah yang memicu anakan.
Namun ingat saat dilakukan penjemuran, pasokan air tidak boleh kurang.
Dalam buku tersebut seorang hobiis kenamaan Songgo melakukan cara tak lazim yakni menemur Ag.reanita dari pukul 08.00 - 12.00 Wita.
Warna memang jadi pudar tapi hasilnya 4 anakan muncul setelah dua bulan berselang.Â
Beberapa aglaonema lainnya yang berhasil yakni Ag. sexy pink 15 anakan dan Ag. tiara 6 sampai 8 anakan.
Meski demikian teknik jemur tak serampangan, Songgo melakukan penjemuran sekaligus penyiraman.
Teknik siram yang dilakukan untuk mengatasi suhu panas ekstrem, Songgo menyemprotkan air ke seluruh bagian tanaman di saat daun terasa panas.
Semprotan yang digunakan adalah semprot kabut dengan butiran lembut sehingga merata ke seluruh bagian tanaman.
Masih berdasarkan buku tersebut Ir Edhi Sandra pakar fisiologi tumbuhan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor menjelaskan kalau teknik tersebut sah-sah saja dilakukan.
Menurutnya paparan cahaya Matahari langsung membuat proses transpirasi (penguapan) lebih optimal.
Bersamaan dengan hal tersebut pengagkutan nutrisi dari akar ke daun terdongkrak.
Ujung-ujungnya proses fotosintesis di daun untuk menghasilkan karbohidrat yang dipakai tanaman tumbuh termasuk menghasilkan anakan jadi maksimal.
Apalagi intensitas cahaya Matahari pagi belum merusak daun.
Syaratnya ketersediaan air di media dan pada daun cukup.
Beberapa hobiis bahkan melengkapi area tanaman aglaonema denga instalasi penyiraman sistem kabut.
Sebanyak tiga kali sehari selama 10 menit uap air menyembur melalui mulut nozel.
Pendapat Edhi tak berbeda dengan ahli kultur jaringan Novi Satrya SHut MSi masih dikutip dari Trubus Info Kit Vol.06.
Penjemuran diistilahkan sebagai teknik kejut, lantaran tanaman yang awalnya diletakkan di tempat teduh mendadak di jemur sinar Matahari.
Novi mengingatkan kalau perlakuan tersebut harus diimbangi dengan ketersediaan nutrisi dan air yang cukup.
Tanpa penyemprotan maka laju transpirasi (penguapan dari jaringan tanaman) jauh lebih tinggi dibanding jumlah air pada jaringan dalam tanaman dan media tanam.
Akibatnya aglaonema bisa layu atau terbakar.
Selain itu hati-hati dengan teknik penyiraman, menyiram dengan teknik kabut paling tepat karena air yang mengenai tanaman bisa merata.
Bila teknik siram biasa dan ada butir air tersisa di daun saat kena cahaya matahari bisa menjadi efek loop kaca pembesar hingga daun bisa terbakar/rusak.
Paling aman memang cahaya Matahari pagi, saya sendiri menggunakan teknik jemur cahaya pagi dan sore, yakni pagi maksimal hingga pukul 10.00 WIB kadang pukul 11.00 WIB kalau tidak terlalu panas.
Dan siang hari area tanaman ditutup dengan paranet 80 persen.
Sementara sore dibuka lagi sekitar pukul 16.00 WIB untuk mendapatlan cahaya sore.
Ketika suhu meningkat bila memungkinkan akan disemprot kabut tapi biasanya penulis hanya menyiram lantai saja.
Air yang diguyur ke lantai akan membantu kelembapan area tanaman aglaonema.
Selain itu tanaman aglaonema dipastikan tidak kekurangan air, hasilnya cara ini dalam waktu relatif singkat beberapa tanaman seperti Ag. harlequin muncul 5 anakan, Ag. lucia lucas anakan sudah keluar daun ada dua anakan.
Kuncinya adalah cahaya Matahari dan pasokan air yang pas untuk aglaonema.
AGLAONEMA YANG TIDAK TAHAN CAHAYA
Teknik jemur siram sudah dibuktikan hobiis berhasil diterapkan tapi ingat tak semua jenis aglaonema bisa diperlakukan seperti ini.
Masih berdasarkan Trubus Info Kit Vol.06 pada halaman 175 diceritakan pengalaman Edward Ekajaya seorang kolektor di Cengkareng, hanya aglaonema lokal (silangan Greg Hambali indukan A. rotundum dan A. commutatum tricolor) yang sanggup bertahan saat dijemur.
Sementara Sri rejeki asal Thailand yang dominan turunan cochin dan chauwang tidak dijemur.
Boro-boro dijemur baru terkena cahaya Matahari sesaat saja sudah terkulai layu.
Masih menurut Edhi dari IPB, daya tahan aglaonema terhadap paparan sinar Matahari dipengaruhi beberapa faktor yakni genetik dan struktur jaringan tanaman.
Aglaonema silangan Greg seperti tiara, adelia dan sexy pink jauh lebih tahan karena induknya commutatum tricolor tergolong Sri rejeki yang bandel dan tahan terhadap sengatan sinar Matahari.
Pada buku ini disebutkan kalau legacy adalah pengecualian, meski asal Thailand lantaran berasal dari induk A. commutatum, legacy dinilai lebih bandel tapi tetap kurang tahan sinar Matahari.
Lebih jauh struktur jaringan tanaman yang paling berpengaruh pada pada daya tahan sinar Matahari langsung ialah jumlah stomata dan kekuatan jaringan kolenkhim dan sklerenkhim.
Trubus membuktikan dengan memotret jumlah stomata dan jaringan penguat adelia dan turunan cochin menggunakan kamera mikroskopis pembesaran 50 dan 300 kali.
Pada pemotretan tersesebut, jumlah stomata adelia jauh lebih banyak ketimbang cochin.
Pada luasan yang sama jumlah stomata berbanding lurus dengan kekuatan tanaman pendukung laju transpirasi dan respirasi.
Bila stomata sedikit ibarat jumlah jalan raya di sebuah kota yang sedikit sementara kecepatan penjualan mobil sangat tinggi.
Kemacetan pun terjadi demikian dengan aglaonema, metabolisme macet.
Demikian dengan jaringan kolenkhim dan sklerenkhim adelia lebih tebal daripada kochin.
Jadi silakan mencoba, cermati dan pahami sebelum mencoba, semoga berhasil. (KabareSolo.com/Rimawan Prasetiyo)
Post a Comment