Strategi Jitu Kalah Jumlah Menang Perang! Ini Kisah 50 Ribu Orang Kalahkan 800 Ribu Tentara
ALIEXPRESS - Ilustrasi pedang Dinasti Han. |
Banyaknya jumlah tentara tak menjamin kemenangan, tapi berbekal tekad dan memahami batas serta kemampuan diri bisa mengubah nasib. Musuh yang akan mengusai negeri harus lari tunggang langgang karena kebijaksanaan ini!
KABARESOLO.COM - Ketika dihadapkan pada sebuah masalah berat dan dengan perhitungan maematis kita bakal kalah saat berhadapan dengan musuh.
Kisah di masa lalu ini bakal membuat Anda tak mudah menyerah atau putus asa.
Misalkan saat harus 'melawan' atau bersaing dalam sebuah kompetisi tapi lawan Anda sangatlah berat dari sisi jumlah dan pengalaman, jangan menyerah dulu karena hanya berbekal pemahaman akan potensi diri nasib baik akan berpihak pada Anda.
Bukan kekalahan seperti prediksi banyak orang tapi justru kemenangan.
Sebuah kisah di masa Dinasti Han Timur antara 25 sampai tahun 220 memiliki kisah yang menakjubkan seperti diambil dari buku Wisdoms Way yang ditulis oleh Walton C Lee..
Sebuah pertempuran yang terkenal pada tahun 208 di mana pasukan yang berjumlah 50 ribu orang mampu mengalahkan bala tentara dengan jumlah berkali-kali lipat yakni 800 ribu tentara.
Kisah diawali Perdana Menteri Tsaur Tsau dari daerah Utara memiliki maksud untuk mengalahkan Sung Chuan yang punya kekuasaan di daerah Selatan.
Perang mental dimulai setelah Perdana Menteri Tsaur mengirimkan surat yang mengatakan kalau ia akan segera menggerakkan 800 ribu tentara dengan senjata lengkap untuk ' berburu' di daerah Selatan.
Ungkapan 'berburu' merupakan sebuah yang dihaluskan untuk menyatakan perang.
Tentu saja hal ini akan menjadi hal yang tak menakutkan apabila pihak Selatan menerima baik dan menyerahkan semua pasukan dan membiarkan pihak Utara untuk menduduki wilayah Selatan.
Sung Chuan kemudian memanggil semua menteri-menterinya.
Dalam rapat tersebut mereka sangat tertekan lantaran jumlah pasukan yang dimiliki kurang dari sepersepuluh dari pasukan musuh.
Seorang pejabat tinggi bernama Jang Zou setelah mempertimbangkan kondisi mereka menyarankan untuk segera mengirim utusan untuk menegosiasikan penyerahan diri dan mengusahakan persyaratan terbaik.
Hampir semua khalayak yang hadir saat rapat menyetujui usulan Jang Zou, tapi seorang menteri bernama Lu Shu dengan menggebu-gebu menentang hal ini.
Ia menyarankan pada Sung Chuan selaku pimpinan tertinggi agar memanggil seorang jenderal senior bernama Chou Yu.
Usulan tersebut disetujui, lalu setelah Chou Yu hadir, diskusi berubah menjadi memanas lantaran bukan penyerahan diri dan negosisasi justru akan dilakukan penyerangan.
"Pihak penyerang menculik Kaisar kita dan dengan nama beliau berusaha menyatukan seluruh negara untuk keturunannya sendiri. Ia tak lebih dari seorang pencuri yang licik dan tak tahu malu. Mengapa kita harus berdamai dengan orang jahat padahal kita berada di pihak yang benar," kata Chou Yu lantang.
Para pejabat yang awalnya berniat menyerahkan diri akhirnya mulai mendengarkan pendapat jenderal senior ini.
Chou Yu kemudian memaparkan kekuatan militer yang dimiliki dan mengatakan meski kalah jumlah bisa memenangkan pertempuran karena hal ini.
Kunci kemenangan ada pada perbedaan iklim, kondisi geografi, gaya hidup hingga adat istiadat yang berbeda.
"Sungai Yangtze membagi wilayah Cina jadi dua bagian, Utara dan Selatan. Mereka makan gandum dan kita makan nasi. Mereka sangat berpengalaman dalam peperangan kavaleri sementara tentara kita mahir dalam peperangan di air," jelasnya.
Chou Yu kemudian kembali meyakinkan para pejabat yang turut dalam rapat tersebut.
"Apabila kita bisa mempersiapkan diri dengan benar maka musuh akan kita kalahkan. Pasukan berkuda terbaik mereka akan kikuk dan tak efisien berperang di wilayah kita yang dikelilingi sungai. Angkatan laut kita tentu memiliki keuntungan berperang di wilayah sendiri. Saya mohon diberi 50 ribu tentara dan saya akan menyelesaikan tugas ini," kata Chou Yu.
Kata-kata Chou Yu bukan isapan jempol belaka, ia mampu membuktikan kata-katanya.
Tentara musuh yang diangkut dengan ratusan kapal diserang oleh tentara Selatan di bawah komando Chou Yu.
Tentu saja tentara Utara meski menang jumlah mereka kalah cekatan dengan tentara Selatan yang memiliki kemampuan tempur di air.
Permukaan Sungai Yangtze jadi saksi bakaimana ratusan kapal yang tebakar dan banyaknya tentara Utara yang tewas dan sisanya lari tunggang langgang.
Penyerangan tersebut gagal total dan kemenangan ini menjamin kemerdekaan politik daerah selatan selama 72 tahun mendatang.
Jadi sejarah telah membuktikan kalau kita janganlah gentar menghadapi musuh yang kuat.
Pelajari seksama kekuatan musuh, cari kelemahan mereka dan kenali seberapa batas kemampuan kita untuk bisa mengalahkan mereka. (*/KabareSolo.com)
Post a Comment