Kisah Kuda yang Bikin Naik Pitam Petani! Nasihat Confucius tentang Memilih Orang yang Tepat
IST/WIKIPEDIA - Patung Confucius. |
Suatu ketika kuda milik Konfusius/Confucius menginjak-injak sawah milik seorang warga. Petani tersebut merasa dirugikan dan naik pitam ia pun menahan kuda tersebut! Ini yang dilakukan Confucius.
KABARESOLO.COM - Sebuah kisah pada 770 SM sampai 476 SM ini sempat menjadi legenda dan menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang tentang cara memilih orang yang tepat.
Kisah ini diambil dari Buku Wisdoms Way karya Walton C Lee yang hingga sekarang seolah jadi panduan untuk memilih orang yang tepat saat terjadi suatu masalah.
Confucius sendiri merupakan sosok yang populer di zamannya bahkan hingga saat ini.
Merupakan seorang guru atau orang bijak dan dikenal pula sebagai seorang filsuf sosial Tiongkok.
Ajaran-ajaran serta nila filsafahnya menenkankan tentang moralitas pribadi dan pemerintahan menjadi populer karena sifat-sifat yang senada dengan tradisi Tionghoa.
Kali ini pelajaran yang dipetik tentang bagaimana Confucius menyelesaikan sebuah masalah yang diakibatkan dari seekor kuda miliknya.
Nah suatu ketika kudanya mengamuk dan menginjak-injak sawah milik seorang petani.
Petani tersebut tentu saja merasa dirugikan kemudian menahan kuda tersebut.
Confucius yang mendengar kabar tersebut ia kemudian memerintahkan Tzy Gon.
Tzy Gon adalah murid terbaik yang dimiliki Confucius, seorang murid yang cakap, pandai dan telah memiliki reputasi baik dibandingkan murid-murid lainnya.
Tzy Gon diutus Confucius untuk berunding dengan petani tersebut mengganti kerugian yang diakibatkan kudanya lalu membawa kuda tersebut pulang.
Murid terbaik Confucius kemudian menuju ke pedesaan pemilik sawah lalu murid yang berpakaian rapi dengan bahasa halus dan bersikap sesuai orang kelas atas meminta maaf kepada petani yang buta huruf ini.
Murid Confucius menyelesaikan masalah tersebut seperti layaknya dua orang yang beradab.
Namun apa yang terjadi?
Petani tersebut justru merasa tersinggung lalu membanting pintu rumah.
Tzy Gon pun dengan rasa malu menghadap Confucius dan menceritakan kegagalannya.
Confucius sudah menduga hal ini bakal terjadi ia yang mendapat laporan itu langsung tersenyum lalu tak berapa lama kemudian mengutus perawat kudanya untuk mengatasi masalah ini.
Tak butuh waktu lama, setelah melakukan percakapan singkat si petani dengan riang gembira menerima ganti rugi yang disampaikan dan mengembalikan kuda tersebut.
Keberhasilan ini membuat heran murid terbaiknya lalu Confucius pun berdiskusi dengan muridnya.
Lalu kenapa murid terbaik yang dikenal cakap, cerdas, baik tututr kata serta dikenal bijaksana justru gagal mengatasi masalah sepele tersebut?
Sementara justru tukang kuda yang sukses membawa kuda kembali?
Masalahnya terletak pada cara yang dilakukan Tzy Gon yang menurut Confucius seperti menyajikan makanan mahal nanlezat pada seekor sapi.
Perumpamaan lainnya seperti memainkan sebuah musik yang digarap menawan pada seekor ayam.
Mereka tak bisa menghargai atau memahami.
Tzy Gon menggunakan tutur bahasa yang halus yang tentu saja membuat petani, notabene di zaman itu banyak petani buta huruf, menjadi bingung bahkan tersinggung.
Maka tak heran kalau petani tersebut dengan keras menolak penawaran Tzy Gon.
Perbedaan latar belakang membuat bahasa halus yang disampaikan murid terbaik Confucius tidak dipahami oleh petani yang tak berpendidikan.
Dan bila sang murid menggunakan dialek kasar pun mungkin dianggap petani sebagai penghinaan, intinya petani merasa tak nyaman berkomunikasi dengan Tzy Gon.
Sementara perawat kuda yang memiliki pemahaman serta tutur kata yang sama lebih mudah diterima oleh petani.
Lalu kalau sudah tahu hal ini bakal terjadi kenapa masih saja Confucius mengutus murid terbaiknya?
Alasannya adalah keduanya baik sang murid maupun perawat kuda bakal mendapatkan pengalaman yang berharga.
Sang murid yang dikenal menonjol akan kecerdasannya menjadi angkuh bahkan nanti bakal tersinggung kalau tak diutus gurunya.
Murid tersebut akhirnya mendapatkan pelajaran yang berharga sedangkan untuk perawat kuda yang berhasil mengatasi masalah tersebut bikin murid-murid lain menghargai orang lain dan tak memandang remeh pada orang kecil.
Terlihat bagaimana Confucius merupakan orang yang bijaksana mampu membuat para murid dan pelayannya sama-sama mendapatkan pelajaran berharga.
Semoga dapat memetik dari kisah ini. (*/KabareSolo.com)
Post a Comment