Cara Cerdas Mengalahkan Saingan!
WIKI.EANSWER - Ilustrasi: Kuda perunggu zaman Dinasti Han, |
Kesuksesan bukan tentang takdir tapi keputusan-keputusan terbaik untuk mengubah kekalahan menjadi kemenangan. Bagaimana bila mengalami krisis dan dari kalkulasi berbagai hal Anda kalah dibanding saingan-saingan Anda? Apa yang harus dilakukan? Kisah ini akan memberikan Anda Arah.
KABARESOLO.COM - Sebuah kisah nyata dari sejarah Tiongkok menjadi legenda yang turun temurun.
Kisah ini terjadi di masa Dinasti Han Timur 25 sampai 220, dirangkum oleh Walton C Lee dalam bukunya berjudul Wisdoms Way.
Adalah Ban Chau seorang pegawai pemerintah rendahan yang tugasnya membuat duplikat dokumen-dokumen resmi negara, sebuah pekerjaan yang membosankan.
Suatu ketika ia membuang kuas bambunya dan memutuskan untuk mengakhiri pekerjaannya.
Ban Chau kemudian berubah haluan, seperti halnya anak-anak muda berambisi yang tak memiliki latar belakang sosial yang tinggi, ia pun menjadi tentara.
Setelah berjuang dalam beberapa pertempuran berdarah melawan bangsa barbar dari Utara ia pun lalu dipromosikan menjadi kapten.
Suatu ketika ia mendapatkan tugas dalam misi diplomatik dan menjadi seorang perwira pembantu, kapten Ban Chau mendampingi seorang utusan bernama Guo Shun.
Bersama 30 tentara kekaisaran ia bersama utusan mengunjungi daerah barat yang luas.
Di masa itu terdapat banyak negara yang tak memiliki kecenderungan politik yang jelas.
Maka diutuslah mereka dengan misi menandatangani perjanjian damai dengan kerajaan-kerajaan berukuran kecil dan menengah untuk mencegah mereka bekerjasama dengan suku-suku barbar Utara ang kuat dan suka berperang.
Di awal pertemuan, seorang raja tuan rumah bernama Sang Sun menerima para delegasi Cina tersebut dengan penuh sopan santun sesuai adat istiadat setempat.
Namun setelah beberapa hari kemudian mereka diperlakukan dengan dingin, merasa ada perubahan ini Kapten Ban Chau lalu melaporkan pada atasannya yakni Guo Sun sang utusan.
"Yang Mulia ada sesuatu yang aneh, saya curiga sang raja sedang mengadakan pertemuan dengan musuh-musuh kita diplomat-diplomat bangsa barbar Utara."
"Alasannya sikap mereka terhadap kita berubah, kita harus menangani krisis ini sebelum terlambat," jelas Kapten Ban Chau.
Delegasi Guo Sun yang hanya seorang diplomat biasa menggeleng-gelengkan kepala dan tidak memberi komentar.
Mengetahui atasannya tidak akan melakukan apapun, maka sang kapten segera mohon diri dan kembali ke tenda.
Kapten berpikir kalau tak segera melakukan tindakan bukan hanya misi akan gagal tapi nyawa mereka terancam.
Kapten ini kemudian bertanya pada pelayan setempat lokasi diplomat barbar Utara dengan alasan ingin berkenalan.
Pelayan itu pun segera menunjukkan lokasinya.
Ia kemudian mengumpulkan pembantu-pembantunya dengan alasan mengadakan sebuah pesta.
Setelah berkumpul Kapten Ban Chau lalu menjelaskan situasi mereka.
"Tuan-tuan untuk apa kita meninggalkan negara kita yang hangat dan subur melakukan perjalanan nanjauh ribuan mil menuju daerah panas dan tak beradab ini?"
"Bukankah kita ingin terkenal dan kaya suatu hari nanti?"
"Nah sekarang wakil-wakil suku barbar Utara, musuh terbesar kita sedang bernegosiasi dengan raja tuan rumah dan sebagai akibatnya kita diperlakukan dengan buruk."
"Coba pikirkan matang, apabila suku barbar berhasil dan misi kita gagal dan apabila mereka memutuskan bahwa kepala-kepala kita harus diambil sebagai bukti dapat diandalkannya hubungan mereka yang baru saja dibentuk, maka raja tuan rumah akan memenggal kepal kita semua. Lalu apa yang akan kita lakukan sekarang?"
Penjelasan kapten bikin para tentara pembantu kebingungan, mereka bertukar pandang dan menyerahkan semua keputusan di tangan kapten.
"Silakan tuan, kami semua akan melaksanakan perintahmu."
Jelas para tentara pada kapten.
"Kekuasaan dan kemakmuran harus dicari bukan diberikan, situasi kita krisis waktu tak berpihak pada kita, karier dan masa depan kita dipertaruhkan."
"Sang tuan rumah sedang ragu-ragu sedang memutuskan antara memilih kita atau suku barbar dari Utara. Kita harus memanfaatkan momen ini untuk menyerang para delegasi suku barbar Utara malam ini. Setelah kita menyingkirkan mereka raja tuan rumah akan mendukung kita," kata Kapten Ban Chau.
Sebagian besar tentara pembantu menyarankan agar ia mendiskusikan semua detail rencana pada atasan atau paling tidak sebagai sopan santun memberi atasan mereka.
"Tidak perlu," bantah kapten.
"Tindakan kepahlawanan hanya dapat dimengerti oleh sedikit sekali pemenang yang berbakat. Ia adalah seorang pegawai negeri yang visinya selalu berfokus pada prosedur umum. Bagaimana kita mengharapkan untuk menyetujui tindakan gagah berani ini yang berada di luar pengertiannya? Dan bila sang raja memutuskan untuk bergabung dengan mereka, maka nasib kita habis malam ini."
Malam itu mereka akhirnya bergerak cepat melakukan persiapan dan langsung melakukan penyerangan.
Sepertiga membakar perkemahan musuh, sepertiga menutup jalan dan menghujani dengan panah, sisanya menyerang para diplomat.
Lebih dari 100 orang barbar mati terbakar, 40 dari mereka terbunuh dalam pertempuran.
Hanya dengan 30 orang tentara Kapten Ban Chau mengalahkan utusan barbar Utara.
Sang delegasi atau atasan Kapten Ban Chau mengaku kaget dan ketakutan setelah diberitahu.
Ban Chau menenangkan dengan menyampaikan kalau Kaisar berkenan memberikan hadiah biarlah sang delegasi yang mendapatkannya bila Kaisar ingin menghukum pemimpin gerakan ini biarlah ia yang menanggung.
Kalimat ini menenangkan sang delegasi.
Saat pertemuan dengan raja tuan rumah delegasi hanya diam seribu bahasa, sementara Kapten Ban Chau menjelaskan keuntungan-keuntungan yang didapatkan saat raja tuan rumah bergabung dengan Cina.
Akhirnya misi tersebut berhasil dan perjanjian damai berhasil ditandatangani.
Kapten Ban Chau kemudian mendapat promosi dan diberi Kaisar tambahan tentara tapi Ban Chau menolak karena ia lebih baik bersama pembantunya saat ini karena semakin banyak orang justru jadi beban.
Akhirnya di beberapa kesempatan Kapten Ban Chau sukses melaksanakan misi hingga ia menjadi jenderal yang disegani.
Inilah langkah cerdas seorang pegawai rendahan yang kemudian beralih ke karier militer.
Ia sukses mengalahkan saingan-saingan beratnya dengan keputusan dan momen yang tepat.
Ban Chau kemudian menjadi jenderal tingtkat tinggi karena keberanian dan kecerdasannya, sikapnya yang jantan terukir dalam sejarah.
Ban Chau membuktikan bagaimana krisi dan titik balik terendah dalam kehidupan, berhasil ia ubah.
Ia bisa mengubah sesuatu yang bakal jadi bencana menjadi sebuah kesempatan.
Hikmah dari kisah ini adalah bersikaplah berani, sebuah risiko yang telah diperhitungkan merupakan satu-satunya jalan untuk mengatasi tantangan dan membuat Anda berbeda dari para pesaing.
Dan jadilah pemenang karena kesuksesan bukan pemberian melainkan perjuangan.
Kisah ini merupakan contoh dari catatan sejarah, cara-cara kekerasan tentu sudah tak relevan untuk saat ini.
Di masa itu masa yang penuh dengan perlawanan dan peperangan sehingga taktik perang dan kekerasan masih berlaku.
Hal yang bisa dipetik dari kisah ini adalah keberanian untuk menentukan jalan terbaik, memanfaatkan bencana menjadi kesempatan emas.
Misalnya ketika kita bersaing produk di pasar dan produk kita kalah jauh dari segala hal, segera ambil risiko langkah apa yang bisa segera dilakukan agar produk kita lebih laku di pasaran.
Pikirkan matang dan berani ambil risiko.
(*/Kabaresolo.com)
Post a Comment