Pesan Paus Fransiskus untuk Indonesia Melalui Menteri Susi Pudjiastuti
ISTIMEWA - Paus Fransiskus saat menyambut kedatangan Menteri Susi di Vatikan. |
KABARESOLO.COM, VATIKAN - Kunjungan kerja Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti ke Vatikan meninggalkan kesan mendalam satu di antaranya pesan penting yang disampaikan Paus Fransiskus.
Seperti dikutip KabareSolo.com melalui website resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Menteri Susi berkesempatan bertemu pemegang tahta suci Vatikan, pimpinan umat Katolik sedunia pada Rabu 12 Desember 2018 lalu.
Menteri Susi diterima Paus Fransiskus, Rabu siang 12 Desember 2018, seusai Paus berpidato di depan ribuan umat Katolik yang memadati Basilica Santo Petrus, di Vatican City. Pada kesempatan tersebut Paus memberinya sebuah medali kenang-kenangan.
Pesan penting yang disampaikan Paus Fransiskus mlalui Menteri Susi adalah dukungan akan kebijakan menindak aksi human trafficking pada tindak pencurian ikan.
"Dia bilang akan terus berdoa dan memberikan support-nya terutama dengan doa. 'I will continue pray for you and your country'," ungkap Menteri Susi menirukan apa yang disampaikan Paus Fransiskus.
Vatikan memiliki keseriusan dalam penanganan tindak perdagangan manusia dan dalam kesempatan tersebut mendukung kebijakan pemerintah Indonesia untuk memberantas human trafficking, memerangi kejahatan maritim dan perikanan.
Kunjungan Menteri Susi tersebut memenuhi undangan Paus Fransiskus, melalui Duta Besar Vatikan Archbishop Piero Pioppo yang sebelumnya telah hadir dalam perhelatan Our Ocean Conference 2018 di Bali pada akhir Oktober yang lalu.
"Saya atas nama pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia menyampaikan rasa terimakasih atas pernyataan semacam fatwa beliau dalam memerangi illegal fishing yang disampaikan dalam konperensi di Bali belum lama ini," ujar Menteri Susi.
Dukungan resmi Paus tersebut dibacakan Duta Besar Vatikan di Jakarta, Uskup Agung Piero Piopo, ketika berpidato dalam Our Ocean Conferrence di Nusa Dua, Bali, bulan Oktober lalu.
Menteri Susi menyampaikan harapannya terkait peran aktif berbagai negara dalam menanggulangi pencurian ikan.
Menteri Susi menilai, tindak pencurian ikan tidak hanyak sebatas pada pencurian ikan, namun juga terdapat kejahatan lainnya, yakni penyelundupan narkoba, perbudakan, dan berujung pada aktivitas perdagangan manusia.
Menteri Susi memandang, Vatikan sebagai panutan yang mengikat secara moral dapat mengajak para pemimpin dunia peduli terhadap tindakan kejahatan transnasional tersebut.
"Apa yang diannounce oleh Vatikan biasanya menjadi patokan mengikat secara moral, saya harapkan pemimpin-pemimpin dunia jadi lebih aware dengan adanya perbudakan, perdagangan manusia di industri perikanan tangkap di laut," jelas Menteri Susi.
Menteri Susi pun berharap, Vatikan dapat meng-address isu lingkungan tentang kerusakan laut, selain perdagangan manusia dan perbudakan.
"Jadi pencurian ikan itu bukan sekadar pencurian tapi juga tentang perdagangan manusianya juga tentang perbudakannya. Karena banyak anak-anak yang dipekerjakan atau ABK-ABK yang dipekerjakan di atas kapal itu, mereka tidak punya banyak pilihan," tambahnya.
Indonesia, lanjut Menteri Susi, salah satu pemasok ikan bagi negara yang melakukan tindak illegal fishing. Ia menyontohkan apa yang terjadi di Benjina, merupakan salah satu sejarah buruk industri perikanan Indonesia.
Hal tersebut telah menjadi perhatian bagi Vatikan, yang disampaikan langsung oleh Duta Besar Vatikan saat menghadiri Our Ocean Conference 2018, Oktober lalu.
"Itu menjadi satu announcement global bahwa Vatikan itu sudah address isu ini. Bahwa isu ini bukan isu main-main lagi," jelas Menteri Susi.
"Salah satu yang terjadi di Indonesia. Di Benjina misalnya. Itu ada perbudakan yang dilakukan oleh perusahaan Thailand di wilayah Indonesia. Kalau kita tidak address dengan benar, dikiranya kita approving perbudakan. Padahal tidak kan. Itu adalah PMA yang melakukan illegal fishing di Indonesia dan mempekerjakan orang-orang dari Myanmar dari Kambodja, dan mereka banyak yang diculik, banyak yang diperdagangkan untuk dipekerjakan di situ. Human trafficking. Jangan sampai hal itu tidak terjadi di tempat lain," tuturnya.
Menteri Susi pun menaruh harapan besar pada keterlibatan Vatikan dalam mengusung isu antisipasi kejahatan dalam industri perikanan.
"Ini harus menjadi perhatian kita semua, dan Vatikan sudah sangat betul meng-address ini. Dan saya berharap kalau Vatikan sudah bersuara, berarti mendapat perhatian para pemimpin dunia untuk memperhatikan bahwa di laut lepas sana ada pelanggaran Hak Asasi Manusia dari perdagangannya, dari kerja paksa, atau perbudakan," ungkap Menteri Susi.
Usai bertemu dengan Paus Fransiskus, Menteri Susi didampingi Dubes Besar RI untuk Takhta Suci Vatikan, Antonius Agus Sriyono kemudian bertemu dengan Menteri Luar Negeri (Secretary for Relations with States of The Holy See) Vatikan, Mgr Paul Gallagher di Gedung Secretary of State dalam Istana Kepausan.
Menteri Susi menyampaikan ketertarikan Paus untuk mendorong upayanya untuk menaruh perhatian khusus pada kasus human trafficking yang terjadi dalam industri perikanan.
"Kita kan melihat Vatikan sebagai bagian portofolio masyarakat dunia yang sangat besar. Masyarakat katolik kan juga seluruh dunia besar. Moral announcement yang tentang human trafficking, human rights, kencang disuarakan oleh mereka kan, pasti pemimpin dunia akan beda," jelas Menteri Susi.
Ia juga mengaku kagum karena Menlu Gallagher ternyata sangat mengikuti perkembangan isu kelautan dan perikanan dari ihwal kejahatan kapal-kapal asing, termasuk di dalamnya ada penyelundupan narkoba hingga perbudakan manusia.
"Pengetahuan beliau sangat uptodate dan dukungan politik Vatikan sangat kita butuhkan guna menggelorakan isu ini agar mendapat perhatian serius PBB," ungkapnya.(Website KKP/KabareSolo.com)
Post a Comment