Jangan Lagi Bicara Mayoritas dan Minoritas di Indonesia
ISTIMEWA - Foto bersama komitmen untuk Indonesia lebih baik. |
KABARESOLO.COM, JAKARTA – Indonesia terus belajar dan bangkit meski diterpa berbagai hal dari bencana alam, hoaks hingga trik dan intrik tokoh yang tak jarang memecah belah bangsa.
Namun pada dasarnya satu hal yang perlu diingat, Indonesia adalah negara pluralis, rumah bersama bagi setiap manusia yang ada di dalamnya.
Karena itu, jangan lagi ada dikotomi istilah ‘mayoritas’ dan ‘minoritas’ di negeri ini.
Penegasan itu tercetus dalam forum ‘Solidaritas untuk Indonesia Lebih Baik’ di Jakarta Convention Centre, Jumat malam, 9 November 2018 berdasarkan rilis yang masuk ke Redaksi KabareSolo.com.
“Sepanjang kita masih membicarakan mayoritas dan minoritas, maka itu berarti kebangsaan kita masih belum bulat,” kata Moeldoko yang berbicara dari sisi politik.
Pemateri lain yakni Dato’ Sri Prof Dr Tahir dari perspektif ekonomi, serta Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dari sisi sosial budaya.
Di depan lebih 1.200 CEO dan para pengusaha yang hadir, Moeldoko menyajikan tema ‘Stabilitas Politik untuk Indonesia Lebih Baik’.
Panglima TNI 2013-2015 ini memaparkan, dalam 15 tahun terakhir, perekonomian kita bisa tumbuh karena stabilitas politik.
Selain itu, ASEAN dianggap sebagai region paling stabil di dunia, terutama karena ditopang stabilnya kondisi politik Indonesia. “
Moeldoko menekankan, stabilitas politik ini terjadi karena leadership di Indonesia stabil.
“Jika ini bisa kita pertahankan, maka pada 2030, kita akan masuk dalam 10 negara dengan ekonomi terkuat di dunia. Karena itu, Presiden Jokowi selalu mengajak kita untuk bersikap optimistis,” ungkapnya.
Doktor Ilmu Administrasi Universitas Indonesia ini menekankan pentingnya keseimbangan antara stabilitas dan demokrasi.
Kalau stabilitasnya berlebihan, maka tingkat demokrasi akan menurun. Sebaliknya, jika iklim demokrasi berlebihan, stabilitas politik kurang, negara itu jadi carut marut.
“Di sinilah tampak, betapa beda demokrasi dan anarkis itu amat tipis,” kata Moeldoko.
Ia menguraikan, saat ini Indeks Demokrasi Indonesia di angka 72,11 (2017) cukup baik mengalami peningkatan dibandingkan dengan indeks tahun sebelumnya sebesar 70,09.
Indeks demokrasi itu dipengaruhi aspek kebebasan berpendapat di angka 78,75, lembaga demokrasi 72,49 dan kegiatan kaderisasi partai politik di level 68,91.
Adapun pada Indeks Kerukunan Beragama, survei menunjukkan bahwa selama tiga tahun berturut-turut angka kerukunan beragama di Indonesia masuk dalam kategori ‘tinggi’.
Pada 2017, Indeks Kerukunan Beragama kita ada pada angka 72,2.
Stabilitas politik membawa pengaruh positif pada kondisi ekonomi Indonesia.
Moeldoko mengatakan, menjelang masa pemerintahannya, Jokowi menjanjikan membuka 10 juta lapangan kerja. “Saat ini, 4 tahun pemerintahan Jokowi-JK, sudah ada 8,7 juta lapangan kerja. Sedikit lagi tercapai target itu,” kata Moeldoko.
Selain itu, di era pemerintahan Presiden Jokowi, tingkat kemiskinan dapat ditekan menjadi 9,8 persen alias di bawah satu digit. “Presiden Jokowi bekerja keras agar negara kita berjalan baik ke depan,” tegasnya.
KEBERLANJUTAN KEPEMIMPINAN
Pada perspektif lain, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menekankan pentingnya keberlanjutan kepemimpinan untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
“Di sinilah leadership memegang peranan penting,” kata Airlangga yang dengan bersemangat memaparkan tantangan Indonesia menghadapi era Revolusi Industri 4.0.
Menaker yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini menekankan, setelah Pemilu 2019, Indonesia siap untuk ‘tancap gas’.
“Semua perbedaan diselesaikan di kotak suara. Kita melaju menuju Indonesia maju di tengah revolusi industri,” kata Airlangga.
Adapun Tahir menekankan bahwa jika kondisi seperti ini dapat terus dipertahankan, maka lima tahun lagi Indonesia akan menjadi negara yang sangat kuat. “Kita harus bersyukur, bisa lahir dan hidup di Indonesia yang penuh harapan ini,” kata pria yang tengah menuntaskan disertasi di Universitas Gajah Mada ini.
Bos grup Mayapada yang juga dikenal sebagai seorang filantropis ini menekankan, acara ‘Solidaritas untuk Indonesia Lebih Baik’ akan digelar keliling ke berbagai kota besar Indonesia, seperti Surabaya dan Medan.
“Tujuannya, saya akan mengajak para pengusaha, bahwa nyamannya negara ini, semua ada di tangan kita yang menentukan,” kata Tahir.
Pengusaha sukses yang mengawali hidupnya dari keluarga miskin di Surabaya ini menekankan, kita harus membawa semangat optimistis.
“This country is strong dan so kind. Kita memajukan negara ini, untuk Indonesia yang lebih baik,” kata
Selain Tahir, Moeldoko, dan Airlangga Hartarto, forum ‘Solidaritas untuk Indonesia Lebih Baik’ juga dihadiri pengusaha yang juga Ketua Umum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo, Murdaya Poo dan Wakil Ketua Komisi VI DPR Dito Ganinduto.(*/KabareSolo.com)
Post a Comment