'Tamparan Keras' Psikolog untuk Orangtua soal Penggunaan Gadget pada Anak
Â
KABARESOLO.COM - Dunia maya ibarat samudera tak bertuan, banyak ikan yang memiliki kandungan gizi tinggi tapi juga banyak predator di dalamnya.
Salah-salah bukan ikan bergizi yang didapat justru keselamatan diri terancam.
Perumpamaan itu mungkin tepat untuk gadget dengan akses internet tanpa batas dan dipegang oleh anak.
Bukan mendapat manfaat positif dari gadget justru sebaliknya, si anak justru bisa 'tersesat', Selasa (23/1/2018).
Nah kali ini seorang Psikolog andal asal Yogyakarta kepada KabareSolo.com paparkan hal-hal mengejutkan soal gadget dan anak.
Wahyu Bintari MPsi Psikolog menyajikan beberapa fakta yang bakal jadi tamparan keras bagi para orangtua terutama yang mengabaikan bahaya akses gadget 'tanpa batas' pada anak.
Selain itu ia juga berikan panduan praktis bagaimana idealnya menggunakan gadget pada anak.
Berikut paparan lengkapnya.
Menurut wanita yang juga seorang Excellent Partner Consultant – Training and HR Consultant ini tentang siapa yang boleh menggunakan gadget ia berikan contoh dua sosok fenomenal dunia.
Bill Gates pendiri Microsoft, karyanya berhubungan erat dengan teknologi dan piranti untuk mengakses internet tapi Bill Gates sendiri baru memberikan gadget untuk anaknya di usia 12 tahun.
Sedangkan Steve Jobs pendiri Apple dengan produksinya gadget fenomenal iPhone bahkan baru mengizinkan anaknya mengenal gadget di usia 14 tahun.
Itupun hanya terbatas untuk download e-book dan jurnal sejarah.
Dosen Psikologi Politeknik Negeri Teknologi Kulit Yogyakarta ini juga memaparkan bahwa selama ini sering terjadi salah kaprah.
Ada beberapa orangtua yang menurutnya memberikan gadget untuk balita agar diam, duduk tenang tanpa memberikan 'gangguan' pada orangtua.
Selain itu ada juga penilaian salah yang tersemat bahwa asyik sendiri dengan gadget disebut-sebut sebagai anak baik.
Padahal efek jangka panjangnya cukup mengerikan, anak bakal kecanduan.
Anak tak bisa lepas dari gadget bahkan akan cenderung memberontak, menangis atau bahkan tantrum kalau tak diberi gadget.
Lalu pertanyaan menohok yang perlu diperhatikan adalah bagaimana nantinya hubungan anak dengan orangtua, anak dengan teman sebaya dan lingkungan sosial kalau anak hanya berkutat dengan gadget sepanjang hari.
Nah ini beberapa hal yang dikhawatirkan bakalan terjadi.
Wanita humoris ini menegaskan kalau anak-anak dikhawatirkan bisa kehilangan masa kanak-kanaknya.
Anak bisa terjerumus pada kondisi diri yang tidak punya empati, tidak mau keluar rumah atau bersilaturahmi, pemarah, cuek, kasar dan lain-lain.
Catatan WHO tahun 2011, pengunakan gadget kata Dosen tamu Program Pascasarjana Universitas Mercu Buana Yogyakarta ini ada beberapa dampak kesehatan yang menakutan.
Antara lain,radiasi emisi ke otak, obesitas, insomnia, mati rasa dan kram, gerak fisik lambat, kelainan mental seperti depresi, autisme, cemas dan potensi kanker pada anak.
Selain itu dari sisi kognitif pada anak yang melakukan aktivitas gadget tanpa batas dikhawatirkan akan memiliki kreativitas dan keruntutan pola pikir terlalu praktis, jalan pintas dengan semuanya tersaji cepat.
Lalu kapan anak boleh menggunakan gadget?
Nah menurut trainer SDM dan konselor sekolah ini perlu adanya pembatasan waktu serta pedampingan bagi anak dalam menggunakan gadget.
Ia mengacu pada paparan dari Akademi Dokter Anak Amerika dan perhimpunan Dokter Anak Kanada, berikut batasannya:
Anak umur 0-2 tahun = tidak boleh sama sekali
Umur 3-5 tahun = 1 jam per hari
Umur 6-18 tahun = 2 jam per hari
Dampak positif gadget
Meski demikian tak dipungkiri gadget dengan akses internet juga berdampak positif.
Menurut Wahyu Bintari Anak bisa belajar apa saja, kapan saja, dari sumber mana saja.
Bahkan belajar Bahasa Inggris bisa lebih cepat.
Ada juga beberapa kasus akses gadget bisa hasilkan uang seperti beberapa Youtuber anak yang me-review mainan baru.
Selain itu anak bakal memiliki banyak referensi dari banyak negara dan bisa berkreasi dengan teknologi melalui foto, video, sosmed dan lain-lain.
Sekali lagi ia mengingatkan agar perlu dilakukan pembatasan dalam penggunaan gadget pada anak.
Mengingat masa anak adalah masa bermain, waktu orangtua bersama anak pun tidaklah lama karena aktivitas keseharian.
Selain itu kesehatan anak mahal dan penting untuk digarisbawahi, anak adalah amanah.
Lalu bagaimana sebaiknya?
Dampingi anak saat menggunakan piranti gadget.
Gunakan aktivitas gadget untuk hal-hal yang benar-benar produktif.
Orangtua wajib mengecek konten apa yang diakses anak.
Kemudian menurut Wahyu Bintari orangtua perlu membuat kesepakatan dengan anak terkait penggunaan waktu berselancar.
Dan Gunakan gadget berinternet untuk belajar.
Sementara itu penggunaan Gadget untuk Anak SD, pihak sekolah, lembaga pendidikan dan orangtua harus paham software aplikasi pendidikan, download materi atau bank soal untuk meng-update ilmu pengetahuan.
Memberi pemahaman anak tentang pemanfaatan teknologi untuk mempersiapkan masa depan yang cerah.
Demikian paparan lengkap dari Psikolog yang status-status medsosnya selalu viral ini.
Semoga bermanfaat.
Mari selalu belajar menjadi orangtua terbaik bagi anak-anak kita. (KabareSolo.com/Robertus Rimawan Prasetiyo)
NARASUMBER:
Ilustrasi anak-anak akses gadget. |
KABARESOLO.COM - Dunia maya ibarat samudera tak bertuan, banyak ikan yang memiliki kandungan gizi tinggi tapi juga banyak predator di dalamnya.
Salah-salah bukan ikan bergizi yang didapat justru keselamatan diri terancam.
Perumpamaan itu mungkin tepat untuk gadget dengan akses internet tanpa batas dan dipegang oleh anak.
Bukan mendapat manfaat positif dari gadget justru sebaliknya, si anak justru bisa 'tersesat', Selasa (23/1/2018).
Nah kali ini seorang Psikolog andal asal Yogyakarta kepada KabareSolo.com paparkan hal-hal mengejutkan soal gadget dan anak.
Wahyu Bintari MPsi Psikolog menyajikan beberapa fakta yang bakal jadi tamparan keras bagi para orangtua terutama yang mengabaikan bahaya akses gadget 'tanpa batas' pada anak.
Selain itu ia juga berikan panduan praktis bagaimana idealnya menggunakan gadget pada anak.
Berikut paparan lengkapnya.
Menurut wanita yang juga seorang Excellent Partner Consultant – Training and HR Consultant ini tentang siapa yang boleh menggunakan gadget ia berikan contoh dua sosok fenomenal dunia.
Bill Gates pendiri Microsoft, karyanya berhubungan erat dengan teknologi dan piranti untuk mengakses internet tapi Bill Gates sendiri baru memberikan gadget untuk anaknya di usia 12 tahun.
Sedangkan Steve Jobs pendiri Apple dengan produksinya gadget fenomenal iPhone bahkan baru mengizinkan anaknya mengenal gadget di usia 14 tahun.
Itupun hanya terbatas untuk download e-book dan jurnal sejarah.
Dosen Psikologi Politeknik Negeri Teknologi Kulit Yogyakarta ini juga memaparkan bahwa selama ini sering terjadi salah kaprah.
Ada beberapa orangtua yang menurutnya memberikan gadget untuk balita agar diam, duduk tenang tanpa memberikan 'gangguan' pada orangtua.
Ilustrasi. |
Selain itu ada juga penilaian salah yang tersemat bahwa asyik sendiri dengan gadget disebut-sebut sebagai anak baik.
Padahal efek jangka panjangnya cukup mengerikan, anak bakal kecanduan.
Anak tak bisa lepas dari gadget bahkan akan cenderung memberontak, menangis atau bahkan tantrum kalau tak diberi gadget.
Lalu pertanyaan menohok yang perlu diperhatikan adalah bagaimana nantinya hubungan anak dengan orangtua, anak dengan teman sebaya dan lingkungan sosial kalau anak hanya berkutat dengan gadget sepanjang hari.
Nah ini beberapa hal yang dikhawatirkan bakalan terjadi.
Wanita humoris ini menegaskan kalau anak-anak dikhawatirkan bisa kehilangan masa kanak-kanaknya.
Anak bisa terjerumus pada kondisi diri yang tidak punya empati, tidak mau keluar rumah atau bersilaturahmi, pemarah, cuek, kasar dan lain-lain.
Catatan WHO tahun 2011, pengunakan gadget kata Dosen tamu Program Pascasarjana Universitas Mercu Buana Yogyakarta ini ada beberapa dampak kesehatan yang menakutan.
Antara lain,radiasi emisi ke otak, obesitas, insomnia, mati rasa dan kram, gerak fisik lambat, kelainan mental seperti depresi, autisme, cemas dan potensi kanker pada anak.
Selain itu dari sisi kognitif pada anak yang melakukan aktivitas gadget tanpa batas dikhawatirkan akan memiliki kreativitas dan keruntutan pola pikir terlalu praktis, jalan pintas dengan semuanya tersaji cepat.
Lalu kapan anak boleh menggunakan gadget?
Nah menurut trainer SDM dan konselor sekolah ini perlu adanya pembatasan waktu serta pedampingan bagi anak dalam menggunakan gadget.
Ia mengacu pada paparan dari Akademi Dokter Anak Amerika dan perhimpunan Dokter Anak Kanada, berikut batasannya:
Anak umur 0-2 tahun = tidak boleh sama sekali
Umur 3-5 tahun = 1 jam per hari
Umur 6-18 tahun = 2 jam per hari
Dampak positif gadget
Meski demikian tak dipungkiri gadget dengan akses internet juga berdampak positif.
Menurut Wahyu Bintari Anak bisa belajar apa saja, kapan saja, dari sumber mana saja.
Bahkan belajar Bahasa Inggris bisa lebih cepat.
Ilustrasi. |
Ada juga beberapa kasus akses gadget bisa hasilkan uang seperti beberapa Youtuber anak yang me-review mainan baru.
Selain itu anak bakal memiliki banyak referensi dari banyak negara dan bisa berkreasi dengan teknologi melalui foto, video, sosmed dan lain-lain.
Sekali lagi ia mengingatkan agar perlu dilakukan pembatasan dalam penggunaan gadget pada anak.
Mengingat masa anak adalah masa bermain, waktu orangtua bersama anak pun tidaklah lama karena aktivitas keseharian.
Selain itu kesehatan anak mahal dan penting untuk digarisbawahi, anak adalah amanah.
Lalu bagaimana sebaiknya?
Dampingi anak saat menggunakan piranti gadget.
Gunakan aktivitas gadget untuk hal-hal yang benar-benar produktif.
Orangtua wajib mengecek konten apa yang diakses anak.
Kemudian menurut Wahyu Bintari orangtua perlu membuat kesepakatan dengan anak terkait penggunaan waktu berselancar.
Dan Gunakan gadget berinternet untuk belajar.
Sementara itu penggunaan Gadget untuk Anak SD, pihak sekolah, lembaga pendidikan dan orangtua harus paham software aplikasi pendidikan, download materi atau bank soal untuk meng-update ilmu pengetahuan.
Memberi pemahaman anak tentang pemanfaatan teknologi untuk mempersiapkan masa depan yang cerah.
Demikian paparan lengkap dari Psikolog yang status-status medsosnya selalu viral ini.
Semoga bermanfaat.
Mari selalu belajar menjadi orangtua terbaik bagi anak-anak kita. (KabareSolo.com/Robertus Rimawan Prasetiyo)
NARASUMBER:
Post a Comment